Divisi.id – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalimantan Timur menekankan pentingnya pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil dan edukasi calon pengantin guna mencegah kelahiran bayi stunting.
Kepala Dinkes Kaltim, Dr. dr. H. Jaya Mualimin, menyebutkan, intervensi harus dimulai sebelum kehamilan, termasuk dengan vaksinasi dan pemeriksaan kesehatan.
“Sebelum mengandung, calon ibu harus mendapatkan vaksin TT (Tetanus Toxoid) untuk melindungi ibu dan bayi. Selain itu, calon ibu juga perlu menjalani pemeriksaan kesehatan, termasuk USG pada usia kehamilan 6 atau 7 bulan untuk memastikan perkembangan janin sesuai standar,” jelas Dr. Jaya, Minggu (24/11/2024).
Ia juga menegaskan, proses persalinan harus dilakukan di fasilitas kesehatan agar ibu dan bayi mendapatkan pertolongan sesuai standar medis.
Langkah ini menjadi bagian dari upaya Dinkes Kaltim untuk menekan angka stunting dengan memastikan kelahiran bayi yang sehat dan normal.
Lebih lanjut, Dr. Jaya menjelaskan, upaya pencegahan stunting dimulai sejak calon pengantin. Program screening calon pengantin ini bertujuan memastikan pasangan yang akan menikah berada pada usia yang sesuai dengan undang-undang perkawinan, yaitu minimal 21 tahun.
“Kami ingin menurunkan angka pernikahan dispensasi yang masih tinggi. Nikah dini akibat kehamilan di luar nikah berisiko tinggi terhadap kesehatan ibu dan bayi. Ibu muda yang menikah di usia dini umumnya kurang memahami cara menjaga kesehatan diri dan janinnya,” tambah Dr. Jaya.
Ia menjelaskan bahwa pernikahan dini seringkali membawa tekanan psikologis bagi ibu hamil muda, seperti perasaan malu dan isolasi sosial.
Kondisi ini menyebabkan mereka cenderung menghindari pemeriksaan ke fasilitas kesehatan, sehingga kesehatan ibu dan janin tidak terpantau dengan baik.
“Calon ibu yang menikah dini sering kali tidak rutin memeriksakan kehamilannya. Akibatnya, kondisi janin dan ibu tidak terkontrol, yang meningkatkan risiko bayi lahir stunting atau dengan komplikasi lain,” katanya.
Menurut Dr. Jaya, penelitian juga menunjukkan bahwa bahkan kehamilan normal dengan pengawasan yang kurang dapat berujung pada masalah kesehatan. Oleh karena itu, ia menegaskan perlunya literasi kesehatan yang lebih luas, tidak hanya untuk ibu hamil tetapi juga calon pengantin.
“Intervensi sejak hulu, termasuk edukasi calon pengantin dan pemantauan kehamilan, adalah kunci utama untuk mencetak generasi sehat di masa depan. Dengan langkah ini, kami optimis angka stunting di Kaltim dapat terus menurun,” pungkasnya.