Divisi.id – Dinas Kesehatan Kalimantan Timur (Dinkes Kaltim) mengingatkan pentingnya imunisasi polio untuk mencegah resiko kelumpuhan seumur hidup pada anak-anak.
Hal ini menjadi perhatian serius, mengingat status Kejadian Luar Biasa (KLB) polio telah ditetapkan secara nasional sejak kasus pertama ditemukan dua tahun lalu di Langsa, Aceh, dan menyebar ke beberapa daerah di Pulau Jawa.
“Kita harus waspada, terutama karena mobilitas penduduk dari daerah seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat yang dekat dengan wilayah kita. Meski hingga hari ini belum ada laporan kasus polio di Kaltim, langkah pencegahan tetap harus diutamakan,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, Dr.dr.H Jaya Mualimin.
Sebagai bagian dari upaya nasional, program Outbreak Response Immunization (ORI) dilakukan untuk meningkatkan cakupan imunisasi polio.
Hingga saat ini, cakupan imunisasi tetesan pertama di Kaltim telah mencapai lebih dari 90%, tetapi imunisasi tetesan kedua masih berada di bawah 50%.
“Kami menghimbau masyarakat untuk segera membawa balitanya ke fasilitas kesehatan terdekat agar mendapatkan imunisasi lengkap. Ini langkah penting agar anak-anak terlindungi dari risiko polio yang dapat menyerang sel saraf perifer, menyebabkan kelumpuhan permanen,” lanjutnya.
Dr. Jaya juga menjelaskan bahwa polio sangat rentan menyerang anak-anak di bawah usia 12 tahun. Apabila terinfeksi, dampaknya sangat serius karena dapat menyebabkan kelumpuhan seumur hidup.
“Anak-anak yang terkena polio akan kehilangan fungsi otot, sehingga tidak produktif sepanjang hidupnya. Karena itu, imunisasi adalah langkah pencegahan yang paling efektif,” tambahnya.
Dinkes Kaltim terus menggencarkan sosialisasi kepada masyarakat dan bekerja sama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya imunisasi polio.
Program ini diharapkan dapat mencapai cakupan maksimal untuk memastikan Kalimantan Timur bebas dari risiko polio.
“Kami ingin memastikan setiap anak di Kaltim mendapatkan perlindungan penuh melalui imunisasi. Dengan kerja sama semua pihak, kita bisa melindungi generasi muda dari ancaman penyakit yang seharusnya dapat dicegah,” tutup Dr. Jaya.