Divisi.id – Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalimantan Timur, Dr. dr. H. Jaya Mualimin, menjelaskan, Sistem Kewaspadaan Dini dan Responsif (SKDR) terus memantau perkembangan penyakit yang berpotensi menjadi wabah.
Menurutnya, ada beberapa jenis penyakit yang paling menonjol berdasarkan musim dan faktor lingkungan. Salah satunya adalah batuk pilek, yang sering kali meningkat pada musim hujan.
Namun, batuk pilek ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk infeksi virus yang lebih berbahaya, seperti flu burung.
“Pada musim hujan, kasus batuk pilek cenderung meningkat. Namun, perlu diwaspadai jika batuk pilek disebabkan oleh virus yang lebih serius, seperti flu burung, yang dapat menjadi ancaman kesehatan. Tahun lalu, misalnya, kondisi asap yang tinggi sebelum musim hujan menyebabkan banyaknya kasus ISPA di daerah Paser, dengan lebih dari 50 orang terjangkit per hari,” kata Dr. Jaya.
Pada saat itu, Dinkes Kaltim segera merespons dengan mendistribusikan masker dan obat-obatan untuk meringankan gejala batuk pilek yang disebabkan oleh paparan asap.
“Kami menanggapi cepat dengan memberikan masker kepada warga dan mengirimkan obat-obatan untuk mengurangi gejala batuk pilek. Ini adalah bagian dari upaya kami dalam mencegah dampak kesehatan dari kondisi lingkungan yang tidak sehat,” tambahnya.
Namun, meskipun kasus batuk pilek disebabkan oleh faktor lingkungan, seperti polusi udara atau perubahan cuaca, Dinkes Kaltim juga tetap memantau potensi penyakit lain yang berhubungan dengan musim hujan, seperti demam berdarah.
“Setelah hujan turun, kasus demam berdarah juga mulai meningkat. Alhamdulillah, hingga saat ini kami belum menerima laporan adanya Kejadian Luar Biasa (KLB) terkait demam berdarah, meskipun resikonya masih ada,” jelasnya.
Dengan penerapan SKDR, Dinkes Kaltim berharap dapat lebih responsif dalam mengatasi penyakit yang meningkat secara drastis dan segera mengambil langkah-langkah pencegahan yang diperlukan untuk melindungi kesehatan masyarakat.