
Divisi.id – Dispora Kalimantan Timur menegaskan perlu pengaktifan program pembinaan atlet usia dini di tingkat kabupaten dan kota dalam Rapat Koordinasi dan Sinkronisasi bidang kepemudaan dan keolahragaan se‑Kaltim yang berlangsung di Ibu Kota Nusantara (IKN) beberapa pekan lalu.
Kepala Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Dispora Kaltim, Rasman Rading, menyatakan bahwa pembinaan lanjutan di provinsi hanya akan efektif jika fondasinya kokoh di daerah. Oleh karena itu, kabupaten dan kota perlu menjadi garda depan mengolah potensi muda.
“Kami di provinsi menangani pembinaan atlet usia SMA ke atas. Tapi fondasinya tetap dibangun di kabupaten/kota. Mereka membina mulai dari usia pelajar SD sampai usia SMP, karena memang tanggung jawab mereka,” tegas Rasman.
Rakor ini bukan hanya sebatas seremoni formalitas. Tujuannya menyelaraskan kalender pelatihan dan kejuaraan agar tidak tumpang tindih, serta memastikan kesinambungan program dari hulu hingga hilir.
“Kalau tidak sinkron, pembinaan atlet seperti terputus. Padahal saat Porprov digelar, semua atlet berasal dari daerah,” lanjut Rasman.
Dilaporkan beberapa daerah masih pasif dan lebih bergantung pada atlet kiriman. Ini menjadi hambatan serius menuju sistem pembinaan berkelanjutan.
“Kita sih berharap bahwa ini adalah trigger buat mereka agar melakukan hal yang sama, walau porsinya berbeda,” bebernya.
Dispora menekankan bahwa kompetisi usia dini tak hanya soal mencari bibit unggul, tapi juga membentuk karakter dan sportivitas pelajar sejak awal.
“Kegiatan olahraga lokal tidak hanya jadi ajang mencari bibit unggul, tapi juga bisa jadi sarana pembentukan karakter dan semangat sportivitas di kalangan pelajar,” pungkas Rasman.
Dengan sinkronisasi program dan kalender di semua daerah, Dispora berharap sistem pembinaan atlet di Kalimantan Timur lebih terstruktur—dari SD hingga ke kloter prestasi nasional.
Harapan besar diarahkan agar kabupaten dan kota mulai merancang pembinaan sejak usia dini, sehingga kelak Porprov, PON, dan event nasional lainnya tidak hanya mengandalkan atlet impor, tetapi juga bibit asli daerah yang matang sejak awal.