Divisi.id – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalimantan Timur (Kaltim) berencana meningkatkan kapasitas pelayanan kesehatan anak, terutama dalam menangani balita sakit dan gizi buruk di Puskesmas.
“Kami ingin memberikan tata laksana balita sakit secara komprehensif, sesuai pedoman yang telah disusun oleh Kementerian Kesehatan. Kami juga ingin menurunkan angka stunting dan wasting di provinsi sesuai target RPJMN 2020-2024,” ungkap Kepala Dinkes Kaltim, Jaya Mualimin.
Ia menyebutkan bahwa Indonesia masih menghadapi tiga masalah gizi pada balita, termasuk stunting, wasting, dan overweight, serta defisiensi zat gizi mikro.
Data Riset Kesehatan Dasar 2018 menunjukkan bahwa 10,2 persen balita di Indonesia mengalami masalah gizi, dan 3,5 persen di antaranya mengalami gizi buruk.
“Balita gizi buruk berisiko tinggi mengalami kematian dan kesakitan. Mereka perlu ditangani secara cepat dan tepat demi mencegah kematian dan komplikasi lebih lanjut, serta memperbaiki tumbuh kembang anak pada masa mendatang,” katanya,” paparnya.
Jaya menjelaskan bahwa faktor-faktor penyebab gizi buruk pada balita melibatkan keterbatasan akses ke layanan kesehatan dan kurangnya fasilitas kesehatan yang fokus pada balita.
Faktor lain mencakup kurangnya pengetahuan pemberi layanan dalam menangani gizi buruk, pelaporan yang tidak lengkap, dan kurangnya kesadaran keluarga untuk membawa balita dengan gizi buruk ke fasilitas kesehatan.
“Kami bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan menggelar pelatihan pencegahan dan tata laksana balita gizi buruk demi integrasi layanan rawat inap dan rawat jalan serta pemberdayaan masyarakat,” ujarnya.
Pelatihan ini mengikuti pedoman pencegahan dan penanganan balita gizi buruk yang telah direvisi pada 2020 dan 2021.
“Kami berharap para peserta memberikan pelayanan balita sakit dan gizi buruk secara komprehensif, efektif, dan efisien sesuai dengan standard,” pungkasnya.