Divisi.id – Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalimantan Timur (Kaltim), Jaya Mualimin menyampaikan bahwa mendeteksi kasus tuberkulosis (TBC) masih menjadi sebuah tantangan penemuannya.
“Masih tergolong rendah untuk penemuan kasus TBC, yakni hanya ada 56 persen kasus yang tercatat dan terlaporkan. Dan masih rendahnya angka keberhasilan pengobatan 82 persen, menjadi permasalahan yang harus diatasi bersama,” ungkap Jaya, Selasa (7/11/2023).
Dia menjelaskan beberapa faktor yang berkontribusi pada rendahnya deteksi dan pengobatan kasus TBC di Kaltim, termasuk kurangnya pelaporan dari berbagai fasilitas kesehatan (faskes) baik milik pemerintah maupun swasta dan kekurangan sumber daya manusia di faskes.
Kemudian, kurangnya aktivitas penemuan kasus secara aktif dan keterlibatan masyarakat, serta jumlah pasien yang hilang karena koordinasi rujukan dan pemantauan pengobatan yang kurang efektif juga turut menjadi masalah.
Jaya menyebutkan bahwa Dinkes telah mengambil beberapa langkah untuk mengatasi situasi ini, seperti mewajibkan pelaporan kasus TBC dari semua faskes melalui kampanye sosialisasi dan surat edaran sejak tahun 2019. Upaya integrasi lintas program juga telah dilakukan.
“Kami juga melakukan kegiatan penemuan aktif TB di populasi berisiko seperti Rutan atau Lapas, kontak erat kasus TB yang dilakukan secara rutin dengan perlibatan LSM dan peran masyarakat,” ucapnya.
Jaya berharap bahwa melalui usaha ini, deteksi dan pengobatan kasus TBC di Kaltim bisa meningkat dan mencapai sasaran nasional dan internasional.
“Kami mengajak semua pihak untuk bersama-sama melawan TBC, karena kasus itu bisa dicegah dan disembuhkan. Jika ada gejala batuk lebih dari dua Minggu, segera periksakan diri ke faskes terdekat,” tuturnya.