Divisi.id – Setelah mengevaluasi Posyandu di Kota Bontang, tim penilai Lomba Posyandu, yang dipimpin oleh Kepala Bidang Pemberdayaan Kelembagaan dan Sosial Budaya Masyarakat, Roslindawaty, melanjutkan perjalanan mereka ke Wilayah Selatan Kalimantan Timur (Katim) untuk melakukan verifikasi lapangan.
Bersama dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) dan Tim Penggerak PKK Provinsi Kalimantan Timur, mereka mengunjungi Posyandu Melati Putih yang berlokasi di Desa Janju, Kecamatan Tanah Grogot, Kabupaten Paser, Kamis (05/10/2023).
Selama proses verifikasi, Tim Penilai terkesan dengan 13 inovasi yang telah diterapkan oleh Posyandu Melati Putih. Salah satu inovasi yang menonjol adalah penggunaan bahan pangan lokal untuk mencegah stunting, seperti pengolahan daun kelor menjadi es krim yang kaya gizi.
Inovasi tersebut dikenal dengan nama “Celingan Eslor” (Cegah Stunting dan Anemia dengan Es Kelor). Es krim ini mengandung zat besi yang tinggi dan bertujuan untuk mencegah stunting, termasuk juga mengatasi anemia pada ibu hamil.
Berkat inovasi tersebut, Posyandu Melati Putih telah berhasil menurunkan angka stunting baik melalui upaya pencegahan maupun penanganan.
Prevalensi stunting pada tahun 2022, yang awalnya mencapai 27 anak, turun menjadi 8 anak pada bulan Februari 2023, dan bahkan hingga bulan Agustus 2023, hanya tersisa 2 anak yang tercatat sebagai stunting.
Ketua Posyandu menjelaskan bahwa terdapat 12 inovasi lainnya, termasuk inovasi tentang budidaya ikan lele, nugget dan olahan ikan gabus, tanaman obat knipik bayam Brazil, serta produk jamu.
Semua inovasi ini bertujuan untuk mengurangi angka stunting, dan hasil penjualan produk-produk inovatif ini akan digunakan untuk pengembangan Posyandu Melati Putih.Sementara itu, Tim DPMPD Provinsi Kaltim, atas instruksi langsung dari Kepala Dinas, melakukan pemantauan dan penelusuran di desa-desa yang memiliki kasus stunting tinggi, yaitu di Desa Babulu Darat dan Desa Labangka, Kabupaten Penajam Paser Utara, pada Rabu, 27 September 2023.
Hasil dari pemantauan lapangan menunjukkan bahwa terdapat kasus stunting yang signifikan, dengan 30 balita terdampak di Desa Babulu Darat dan 17 kasus stunting di Desa Labangka.
Selama pemantauan, DPMPD mengumpulkan data dan mengidentifikasi faktor-faktor penyebab tingginya kasus stunting. Faktor-faktor tersebut meliputi masalah gizi, kemiskinan, pola asuh anak yang tidak sesuai, pernikahan dini, dan rendahnya tingkat pendidikan.
Adv/Az/Wrt / Sukirman.